MUSI RAWAS- Meski Kabupaten Musi Rawas (Mura) memiliki segudang seni dan kebudayaan asli namun sangat jarang masyarakat yang melestarikan kesenian tersebut. Sehingga beberapa diataranya, khususnya tarian, telah punah terkikis zaman.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Mura, Yamin Pabli melalui Kabid Kebudayaan, Hamam Santoso mengatakan dari sekitar 15 jenis tarian asli milik Kabupaten Mura. 25 persen diantaranya telah dianggap punah karena tidak ada lagi masyarakat yang mengetahui dan memahami tarian tersebut. Mulai dari susunan gerakan, musik pengiring, hingga busana yang dipakai saat mementaskan tarian tersebut. Apalagi untuk memahami arti dan cerita yang terkandung dalam tarian itu.
Tarian-tarian asli Kabupaten Mura yang nyaris punah karena sudah sangat jarang dipentaskan diantaranya adalah Tari Api dari Kecamatan Selangit, Tari Sabung Ayam dari Kecamatan Karang Dapo, dan Tari Kain dari Kecamatan Rawas Ulu. Selain sudah sangat jarang dipentaskan, tarian-tarian ini sekarang sudah tidak ada lagi regenerasi penari yang menguasai ratia-tarain tersebut, sehingga sudah sangat jarang masyarakat yang mengetahui tarian-tarian tersebut.
Untuk mengatasi musnahnya tarian-taraian asli Kabupaten Mura tersebut. Hamam menyatakan pihaknya saat ini berusaha keras untuk mengumpulkan informasi dan mencari orang yang masih menguasai tari-tari tersebut untuk kembali diajarkan kepada generasi muda.
“Sehingga ada penerus yang memahami aspek tarian asli tersebut agar tidak hilang begitu saja,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga melakukan upaya pendekatan kepada setiap pemangku adat untuk mencari dan menginventarisir orang yang berkompeten melestarikan seni tari tersebut. Karena merekalah yang mengetahui secara jelas kesenian tersebut. Dan generasi muda harus dilibatkan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan asli yang dimiliki Kabupaten Mura.
Ditambahkan Haman, pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mura untuk mensosialisasikan kesenian dan kebudayaan asli ini disetiap sekolah. Sehingga dapat secara dini dikenalkan kepada peserta didik dan menjadi media pelestarian melalui lembaga pendidikan.
“Namun hal ini juga terdapat kendala tersendiri, karena guru kesenian yang kita miliki masih sangat sedikit sekali,” terangnya.(HS-05)
Rabu, 16 Januari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar