Selasa, 15 Januari 2013
Pedagang Pasar Terancam ‘Gulung Tikar’
MUSI RAWAS- Pedangang Pasar B Srikaton Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas keluhkan sepinya pembeli. Sebab hingga saat ini masyarakat wilayah tersebut belum memiliki penghasilan tetap, pasca pengeringan irigasi serta anjloknya harga komuditi unggulah karet dan sawit.
Salah seorang pedagang assesoris rumah yang membuka lapaknya di Pasar B Srikaton, Yeni mengaku, dalam sehari ia hanya bisa menjual satu atau dua jenis dagangannya dengan penghasilan maksimal Rp 100 ribu. Tapi jika tak sedang beruntung ia tak dikunjungi pembeli sama sekali.
“Saat ini kami berharap bisa bertahan hingga musim paceklik ini selesai, sebab tak ada bisa berharap banyak, kondisi perekonomian yang memang sedang tak memihak dengan kami pedagang kecil,” katanya kepada Harian Silampari, Senin (14/1).
Ditambahkannya, kondisi perekonomian masyarakat saat ini sangat tidak baik. Sebab, masyarakat wilayah tersebut yang rata-rata berprofesi sebagai petani dan peternak ikan air deras sedang tak beroperasi. Karena harga komuditas yang anjlok serta berhentinya suplai air. Sehingga ini berdampak pada penghasilan pedagang, karena tak ada masyarakat yang datang untuk berbelanja.
“Konsumen yang datang ke sini kebanyak mereka yang berprofesi sebagai petani, baik karet, sawit ataupun peternak ikan. Tapi saat ini keadaan mereka terancam karena tak punya penghasilan seperti dulu. Inilah yang membuat pedagang pasar B Srikaton hanya menunggu nasib, jika bernasib baik usahanya akan terus berlanjut hingga musim paceklik ini selesai, tapi jika bernasbi buruk usahanya pasti gulung tikat,” terangnya.
Hal senada juga diungkapkan, Ida seaku penjual mainan anak, dikatakannya keadaanya tak jauh berbeda dengan rekannya Yeni.
“Seluruh pedagang disini bernasib sama, tak lagi bisa menikmati keuntungan seperti dulu. Sebab memang kondisi perekonomian masyarakatnya yang sulit, tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, cuma berharap semoga usaha yang telah kammi rintis puluhan tahun ini bisa bertahan,” akunya.
Tidak hanya para pedagang yang menjerit, para petani pun merasaan hal yang sama. Pasalnya kini mereka tak memiliki modal untuk masuk ke musim tanam.
“Jangankan membeli pupuk, benih saja kami tak punya. Tidak sampai disitu, sebagian para petani juga mengeluhkan tidak meratanya pembagian air yang dialirkan ke sawah-sawah, ” kata selah seorang petani, Widodo.
Menurutnya, air hanya bisa dinikmati bagi petani dan penduduk yang tinggal dipusat kabupaten sedangkan masyarat yang tinggal di pedalam belum merasakan aliran air tersebut.
“Masih banyak daerah yang tidak kebagian air, contohnya Megang Sakti, Sumber Harta dan wilayah ujung lainnya, saya berharap pemeritah segera mengatasi ini. sebab jika ini terus berlanjut kami mau makan apa,” harapnya. (HS-06)
Label:
Komunikasi Bisnis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar