Read more: http://infosinta.blogspot.com/2012/04/cara-unik-agar-potingan-di-blog-tidak.html#ixzz2KmkBhfTz Harian Silampari Online (Jawa Pos Gruop): Penyebab dan Solusi Anak Putus Sekolah

Senin, 18 Februari 2013

Penyebab dan Solusi Anak Putus Sekolah

SEJAK Maret 2009 lalu khususnya Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menggulirkan wajib sekolah 12 tahun. Dimana wajib sekolah 9 tahun telah dirintis terlebih dahulu oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.
Saat ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Pendidikan juga memegang peranan penting. Pada saat orang–orang berlomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Namun mirisnya ada sebagian masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak. Baik jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan sedrajat.

Sangat disayangkan masih ada  juga anggota masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah.

Terhitung sejak Juli 2012 hingga Februari 2013 sudah terdapat banyak catatan anak putus sekolah di Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau,Agusni Efendi melalui Kepala Bidang Bina Program, Asep Herdiana didampingi salah seorang staf data dan informasi, Tabrani menjelaskan Data Anak Putus Sekolah (APS) pada 2013 mencapai 145 orang dari total peserta didik 49100 orang. Rincianya 56 orang jenjang SD dari total 25.995 atau 0,22 persen, 14 orang jenjang SMP dari keseluruhan 11.088 peserta didik atau 0,13 persen. Lalu 24 orang jenjang SMA dari total 8.480 peserta didik atau 0,28 persen.

Kemudian 51 orang jenjang SMK dari total 3537 peserta didik atau 1,44 persen. Artinya jenjang SMK paling mendominasi angka putuse sekolah dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

Tentu hal ini tidak bisa sepenuhnya kita salah kan kepada pemerintah saja melainkan seluruh element masyarakat juga mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan. Selama ini Pemerintah telah menggulirkan pendidikan gratis Sembilan tahun untuk seluruh Indonesia dan gratis 12 tahun khusus di Provinsi Sumatera Selatan.

Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apa penyebab masih tingginya angka anak putus sekolah serta apa solusi terbaik dari permasalahan ini? Padahal pendidikan dari jenjang SD-SMA gratis.

Kurangnya Motivasi Orang Tua

SEKRETARIS Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau, Rudi Erwandi menegaskan penyebab utama anak putus sekolah adalah kurangnya motivasi dari orang tua terhadap laju pendidikan anak-anak. Sehingga dengan tidak adanya motivasi dari orang tua seorang anak akan kehilangan semangat untuk melanjutkan pendidikan.

Paling tidak, sebagai orang tua harus terus memberikan motivasi agar anak-anaknya memiliki power untuk menggapai pendidikan ke jenjang paling tinggi.

Menurut Rudi dorongan dari orang tua merupakan power terkuat untuk memacu semangat sekolah seorang anak. Karena seorang anak biasanya akan takluk oleh nasehat orang tua.

Disamping itu, yang tak kalah hebat yakni pengaruh lingkungan masyarakat. Bila seorang anak berbaur dengan lingkungan yang tidak sehat, maka kecil kemungkinan anak ini akan menjadi sehat. Namun lingkungan seperti ini bisa dikalahkan jika ada motivasi dari orang tua.

Dengan demikan, peran orang tua dalam pendidikan anak sangat besar dan sangat menentukan. Jika peran ini tidak dimainkan oleh orang tua, walaupun berada di lingkungan yang sehat seorang anak tetap saja bisa putus sekolah. Begitu juga sebaliknya.

Selain itu, faktor kenakalan remaja juga harus diwaspadai oleh orang tua, sebab dengan kenakalan-kenakalan ini seorang anak bisa saja diberhentikan dari sekolah.

“Kalau masalah ekonomi mungkin factor terakhir,karena kita sama-sama tahu sekarang sekolah gratis , jadi sangat kecil kemungkinan  anak putus sekolah gara-gara tidak ada biaya pendidikan,”tegas Rudi.

Pengaruh Lingkungan Sosial

KETUA Dewan Pendidikan Kota Lubuklinggau, Hamdan Kamal mengatakan, penyebab masih tingginya anak putus sekolah karena pengaruh lingkungan sosial. Selain itu masih kurangnya minat dan kemauan anak untuk mendapatkan pendidikan.

Lebih parahnya lagi kata Hamdan, tidak adanya dorongan atau motivasi dari orang tua terhadapnya pentingnya pendidikan untuk kehidupan.

Dijelaskanya, lingkungan sosial yang tidak baik sangat besar mempengaruhi minat dan kemauan seorang anak untuk bersekolah. Betapa tidak, jika bergaul dengan lingkungan tidak sehat seperti lingkungan orang-orang yang pekerjaan sehari-hari mabuk-mabukan, berjudi dan kejahatan lainya, lambat laun anak tersebut akan terpengaruh dan kehilangan minat dan kemauan bersekolah.
"Dorongan dan motivasi dari orang tua pada dasarnya sangat diperlukan untuk keberlangsungan pendidikan anak. Kalau orang tua nya saja tidak memberikan motivasi bagaimana anak itu mau semangat sekolahnya,"tambahnya.

Mengenai adakah pengaruh ekonomi terhadap anak yang putus sekolah, Hamdan menerangkan bahwa saat ini pendidikan SD sampai dengan SMA/sederajat sudah gratis. Sehingga sangat kecil kalau disebabkan karena ekonomi.
Solusi untuk mengatasi permasalahan anak putus sekolah yakni menjauhkan anak dari lingkungan sosial yang tidak baik dan orang tua harus memberikan dorongan serta motivasi demi keberlangsungan pendidikan.Rendahnya Pendidikan Orang Tua

SEMENTRA itu salah seorang guru SMA N 7 Lubuklinggau Erwin Sutanto berpendapat, penyebab utama anak putus sekolah karena rendahnya pendidikan orang tua. Betapa tidak dengan kurangnya pendidikan dimiliki maka pengetahuan akan pentinganya pendidikan juga akan sangat minim.

“Masyarakat sekarang ini banyak yang kurang paham betapa penting dan berperanya pendidikan. Karena mungkin mereka hanya tamatan SD jadi pendidikan anak-anaknya tidak ditargetkan sampai kejenjang mana,”terang Erwin.

Disamping itu, kata Erwin ada juga kemungkinan disebabkan faktor lingkungan, ekonomi , perhatian orang tua dan keluarga, pola bermain anak tidak terkontrol dan minimnya pengetahuan agama.

“Tapi yang paling utama tetap rendahnya pendidikan orang tua siswa. Terutama faktor ekonimi rasanya kalau sekarang sudah bukan alasan lagi, karena sekolah kita sudah gratis,” tegas Erwin.

Sedangkan untuk solusi dari permasalahan ini menurut guru yang juga sekretaris Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Lubuklinggau harus ditingkatkanya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
“Seharusnya pemerintah harus lebih gencar mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan, karena selama ini pengetahuan masyarakat masih sangat rendah akan pendidikan,” pintanya. (HS-01)






Share this article now on :

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))