Korban Banjir Mulai Mengungsi

MUSI RAWAS- Banjir melanda 18 Desa di Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas kian parah. Khususnya di Desa Prabumulih 2 hingga tadi malam ketinggian air sudah mencapai 2 M. Untuk mengevakuasi warga yang menjadi korban banjir, kini telah dipasang tenda-tenda darurat pengungsian. Berdasarkan pemantauan di lapangan sejak kemarin warga mulai mengungsi karena debit air Sungai Musi terus bertambah. Bahkan kondisi Desa Prabumulih II saat ini bisa dikategorikan terisolir, karena tak ada satpun akses jalan yang bisa dilalui.

Menurut salah seorang warga Prabumulih 2, Yayat (30) dampak banjir melanda desanya sangat dirasakan masyarakat. Sebab bahan pangan sulit didapat dan harga kebutuhan pokok sangat tinggi.
Sebagai gambaran kata dia, harga Gas Elpiji 3 Kg saat ini tembus hingga Rp 30.000/tabung. Sementara masyarakat Prabumulih II sudah dua minggu tidak bisa melakukan aktifitas mencari nafkah. Masyarakat juga mengeluh karena sudah dua ari PDAM tidak mengalir sehingga mereka kesulitan air bersih.
“Kalau terus seperti ini kami mau makan apa? Harga Sembako tinggi sedangkan kami sudah lebih dari dua minggu tidak bisa melaksanakan aktifitas. Kebun kami terendam banjir sedangkan hutang pada toke makin menumpuk,” pungkasnya.

Diakunya hingga kemarin baru ada bantuan mie instant 200 dus dikirim putra daerah Prabumulih berdomisili di Kota Lubuklinggau. Itupun bersifat pribadi bukan dari kedinasan.

Masyarakat mengharapkan perhatian dari pemerintah kKabupaten Musi Rawas dalam menangani masalah banjir. Baik masalah bahan makanan maupun obat obatan. Karena banyak warga yang mulai terjangkit muntaber dan penyakit kulit.

*Air Mulai Surut

Memasuki minggu kedua bencana banjir melanda sebagian wilayah Kabupaten Musi Rawas, ketinggian air mulai menurun meski sangat lambat.
Air yang menggenangi Jalan Lintas Provinsi juga tidak setinggi dua hari lalu.

“Sekarang ketinggian air mengenangi Jalan Lintas Provinsi tinggal 10 Cm. Dua hari yang lewat mencapai setengah meter,” jelas Camat Muara Lakitan, Adi winata saat dikonfirmasi Harian Silampari, Minggu (17/2).

Mobil-mobil sebelumnya tertahan kata dia, saat ini sudah bisa melintas d iwilayah Kecamatan Muara Lakitan. Namun menurutnya berkurangnya ketinggian air menggenangi jalan hanya untuk daerah Kecamatan Mura Lakitan. Untuk wilayah lain seperti Kabupaten Musi Banyuasin belum diketahui secara pasti perkembangan banjir yang melanda kabupaten tetangga tersebut. Sehingga belum dapat dipastikan apakan jalur menuju Palembang sudah benar-benar lancer atau belum.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Muara Lakitan, AKP Al Busro mengatakan, saat ini pihaknya terus bersiaga dengan menempatkan beberapa anggota di titik-titik banjir yang dinilai rawan kemacetan.

“Ini untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas yang disebabkan menumpuknya kendaraan di titik-titik yang tidak bisa dilalaui kendaraan karena ketinggian air masih belumbisa dilewati,” jelasnya.

Namun Minggu (17/2) kata dia, beberapa kendaraan sudah bisa lewat karena ketinggian air sudah berangsur berkurang. Namun demikian angotanya tetap disiagakan karena kebanyakan kendaraan-kendaraan tersebut datang secara konvoi sebab telah beberapa hari tertahan tidak bisa lewat.

Dikhawatirkan kedatangan kendaraan secara bersamaan ini membuat kondisi jalan sulit untuk diatur.

Sementara itu beberapa sopir travel jurusan Lubuklinggau-Palembang yang melalui Kecamatan Muara Lakitan dan Muara Kelingi lebih memilih melewati jalur Lahat. Meskipun menempuh jarak cukup lumayan jauh. Mereka tidak mau ambil resiko harus kembali berputar arah karena jalan dikedua kecamatan tersebut tidak bisa dilewati karena terendam banir.

“Kabarnya memang sudah bisa dilewati kendaraan, namun kami ambil jalur pasti saja sambil menunggu informasi yang valid mengenai kondisi terakhir ketinggian banir ini. Sebab meskipun untuk wilayah Kecamatan Muara Lakitan air mulai surut, namun di Kabupaten Musi Banyu Asin air yang merendam jalan masih tinggi dan belum bisa untuk dilewati kendaraan,” jelas Ujang, salah seorang sopir travel Tarabina. (HS-05)