Jumat, 04 Januari 2013
Pro Kontra Rencana Pemberlakuan Kurikulum Baru
LUBUKLINGGAU – Rencana perubahan besar dunia pendidikan pada 2013 ini menuai pro dan kontra dari sejumlah kalangan,mulai dari dinas pendidikan, dewan pendidikan, DPRD Kota Lubuklinggau maupun kalangan guru itu sendiri. Pada 2013 ini rencanya kementrian pendidikan dan kebudayaan akan mulai memberlakukan kurikulum baru. Dimana pada kurikulum tersebut terdapat beberapa tawaran dari Kemendikbud.
Dilihat dari konten, kurikulum baru ini akan memangkas jumlah mata pelajaran. Di tingkat Sekolah Dasar (SD) jumlah mata pelajaran hanya empat yakni Bahasa Indonesia, PPKn, Matematika dan Agama, dengan tetap mengacu kepada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan. Terkait dengan mata pelajaran IPA dan IPS, yang sempat diisukan akan ditiadakan, kedua mata pelajaran ini tetap akan diberikan kepada siswa dalam bentuk yang berbeda, terintegrasi dengan mata pelajaran lain (Khairil Anwar Notodiputro, JPNN.com). Sementara, untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak tujuh mata pelajaran dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 10 mata pelajaran. (Inilahjabar.com). Dilihat dari strategi, kurikulum baru ini akan menekankan pada model pembelajaran tematik yang mengarah pada pendidikan karakter. Dengan pendidikan bersifat tematik akan dapat mengembangkan tindak kompetensi penting, yakni perilaku, keterampilan, dan pengetahuan. Selain itu, melalui pendekatan tematik ini, diharapkan dapat memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berekspresi seluas-luasnya dalam mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.
Kepala dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau Agusni Efendi didampingi Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Lubuklinggau Rudi Erwandi ketika dibincangi Harian Silampari,Kamis (3/1) menyampaikan rencana pemberlakukan kurikulum baru dari kemendikbud sebaiknya diterima. Sebab dengan adanya perbaikan kuriukulum tersebut diyakininya bisa meningkatkan mutu pendidikan di Kota Lubuklinggau.
“ Tujuan pemerintah memperbarahui kurikulum itu tidak lain untuk peningkatan mutu pendidikan, jadi apa salahnya kalau kita terima,” ujarnya
Selanjutnya Rudi mengungkapkan saat ini kurikulum baru tersebut masih dalam tahap pembahasan di DPR RI. Namun apabila kuriukulum tersebut benar-benar diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 mau tidak mau guru harus siap dengan kurikulum itu.
Begitu juga dengan para peserta didik diseluruh sekolah juga harus siap dengan perubahan kurikulum tersebut.
“ Guru harus siap, kalau murid sudah pasti siap karena mereka (murid) sifatnya hanya menerima saja,” kata Rudi
Rudi menambahkan orientasi pendidikan pada dasarnya bertujuan adanya perubahan sikap terhadap peserta didik bukan berorientasi dengan nilai. Dimana perubahan sikap harus kearah yang lebih baik.
“ Oreintasi pendidikan itu bukan mengejar nilai melainkan perubahan sikap. Dari yang tadinya tidak mengerti bisa mengerti dari tadinya tidak tahu bisa menjadi tahu. Itu tujuan pendidikan yang sebenarnya,” paparnya
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kota Lubuklinggau, Hamdan Kamal saat dimintai tanggapan mengenai kurikulum baru itu menegaskan pada dasarnya kurikulum baru tersebut belum siap disajikan. Dengana alasan kurikulum sebelumnya (KTSP) sampai saat ini belum selesai.
Menurutnya, jika pemerintah ingin merubah sebuah kurikulum seharusnya menuntaskan terlebih dahulu kurikulum yang sedang diterapkan,setelah kurikulum sebelumnya selesai baru menerapkan kurikulum baru.
“ Sebenarnya kurikulum baru belum siap untuk disajikan, karena kurikulum KTSP belum selesai, dan para guru juga mungkin belum siap dengan perubahan itu. Ya kalau peserta ya siap-siap saja ,karena mereka hanya menerima” kata Hamdan Kamal.
Lebih lanjut dia menuturkan adanya perubahan kurikulum juga akan membawa dampak positif untuk dunia pendidikan, sebab kurikulum yang dicanbangkan saat ini banyak perubahan-perubahan salah satunya penerapan proses belajar tematik untuk SD. Namun sebaiknya kata Hamdan selesaikan dulu kurikulum KTSP.
Terpisah Erwin salah seorang guru di SMA Negeri 7 Lubuklinggau mengatakan saat ini guru di Kota Lubuklinggau belum sepenuhnya siap dengan kurikulum baru tersebut. Karena butuh proses panjang bagi guru untuk menyesuaikan diri.
“ Masih banyak guru yang belum mengerti dengan kurikulum baru itu, hanya sebagaian kecil yang sudah mengerti. Harus ada keseimbangan antara rencana penerapan dengan tenaga guru yang disiapkan,” tegas Erwin yang juga sekretaris Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Lubuklinggau.
Diungkapkan Erwin untuk menerapkan kurikulum baru itu terlebih dahulu harus ada sosialisasi dan pelatihan terhadap guru. Sebab yang akan menjalankan program dan berhadapan dengan peserta didik adalah guru bukan Kemendikbud ataupun Dinas Pendidikan.
Jadi harus ada persiapan yang matang untuk tenaga pendidik (guru) sebelum penerapan.
Dia meminta, kurikulum baru tersebut dievaluasi kembali, terutama mengenai guru yang tidak dibebani lagi membuat silabus. Menurutnya silabus mrupakan acuan penting dalam menjakankan kegiatan belajar mengajar. Sebab kalau tidak ada silabus diyakininya kegiatan belajar mengajar tidak akan terarah dan terkesan mengarang-ngarang.
“ Silabus itu pedoman guru dalam mengajar, kalau tidak ada silabus tidak akan terarah. Bagaimana mau tau hasil pencapaian belajar kalau silabus tidaka ada. Kemendibud harus mengevaluasi dan memberikan solusi tentang kebijakan itu,”imbuhnya (HS-01)
Label:
Pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar