LUBUKLINGGAU- Sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Lubukkinggau diprediksi sulit untuk naik status menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), bahkan terancam turun status menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Penegasan ini disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Kota Lubuklinggau Hamdan Kamal.
Selanjutnya dia mengungkapkan di Kota Lubuklinggau saat ini sedikitnya ada tujuh sekolah RSBI baik tingkat SD,SMP dan SMA/ sedarajat.
Ketujuh RSBI itu yakni dua diantaranya SMA, empat SMP dan satu SD. Rincianya SMK Negeri 3 Lubuklinggau , SMA Xaverius, SMP N 2, SMP N 3, SMP N 5, SMP N 8 dan SD N 58 Lubuklinggau, keseluruhanya sudah mencapai lima tahun menjadi sekolah RSBI.
Ketujuh RSBI ini sampai dengan 2012 ini rata-data sudah lima tahun masuk dalam program sekolah RSBI. Sedangkan program RSBI berlaku hanya enam tahun. Jadi ketujuh sekolah tersebut memiliki kesempatah selama satu tahun lagi untuk naik tingkat menjadi SBI ataupun menjadi turun tingkat kembali menjadi SSN.
“Seluruh RSBI diwajibkan melengkapi semua persyaratan standar sebagai Sekolah Berstandar Internasional (SBI) selama lebih kurang satu tahun”. Tambah Hamdan.
Masih tambahnya Sekolah RSBI yang ada di Kota berslogan sebiduk semare memang dituntut untuk bisa memenuhi syarat menjadi SBI hingga 2013 mendatang. Kalau tidak bisa akan turun status kembali menjadi SSN.
” Proses penilaian RSBI untuk bisa menjadi SBI akan berlangsung hingga 2013 mendatang. Penilaian dan evaluasinya dilakukan langsung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal itu dikarenakan program RSBI merupakan proyek pusat melibatkan sekolah di setiap kabupaten/ kota”. paparnya
Dia menilai harapan sekolah RSBI yang ada di Kota Lubuklinggau saat ini sangat kecil sekali untuk dapat naik tingkat menjadi SBI. Sebab banyak persayaratan belum terpenuhi di RSBI Kota Lubukinggau. Seperti tenaga pengajar Starata dua (S-2) atau tenaga pengajar yang menguasai dua bahasa, dan sarana dan prasana sekolah dan lain sebagainya.
Hamdan menyarankan agar pihak sekolah dapat melakukan suatu upaya mengatasi minimnya guru yang paham dua bahasa. Salah satunya dengan memanfaatkan jam pulang sekolah memberikan pelatihan ataupun les kepada guru mengenai Bahasa Inggris atupun bahasa lainnya. (HS-01)
Rabu, 26 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar